tag:blogger.com,1999:blog-10430219425762283502024-03-05T02:15:37.383-08:00FutureMy dream, My Opinion, My FeelingsAmalia Istighfarahhttp://www.blogger.com/profile/16103516603640564559noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-1043021942576228350.post-32932609728883919712011-05-22T20:28:00.000-07:002011-05-22T23:09:23.700-07:00Belajar untuk tidak menyepelekan sesuatu<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHlWpJWYAF6SvnT3eRwd-ekekzMSIWqRPBV0sHPvS5jfFXzqlLvwtRKkCPRMRYHAe3S0ZKi4u0w8udjk4cSdKmbWbFvHAoxZhTwSr2GMeOnoSQfwaLx6C1VP9Eb1YgxhlhGFE2XZms-smW/s1600/semangat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHlWpJWYAF6SvnT3eRwd-ekekzMSIWqRPBV0sHPvS5jfFXzqlLvwtRKkCPRMRYHAe3S0ZKi4u0w8udjk4cSdKmbWbFvHAoxZhTwSr2GMeOnoSQfwaLx6C1VP9Eb1YgxhlhGFE2XZms-smW/s1600/semangat.jpg" /></a><span style="color: #66cccc;"><span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;"><span style="color: black;">Ternyata semudah apapun itu. Jangan pernah menganggapnya sepele atau mudah. Karena yang kita lihat mudah ternyata bisa saja tidak semudah yang dibayangkan. Seperti hari ini ketika mendaftar ujian aplikasi komputer di kampus. Sedikit terkejut melihat kuota untuk ujian telah terpenuhi. Aku pun menyadari kesalahanku yang menunda mendaftar, padahal aku sama sekali tidak sibuk. Aku hanya bisa menggerutu sebal. Tapi aku sadar tidak ada gunanya menggerutu. Mau tidak mau aku harus menunggu ujian di bulan depan. Namun pelaksanaan ujian di Bulan depan juga belum pasti. Sangat tidak lucu ketika hanya karena ujian aplikasi komputer aku harus menunda kelulusan ku hingga semester depan :( (Sungguh tidak adil).<br />
<br />
Sekarang sungguh aku benar-benar jera. Meskipun mata kuliah yang aku ambil tinggal sedikit namun bukan berarti aku harus bersantai-santai ria tanpa memperdulikan informasi yang ada. Sekarang aku hanya berharap keajaiban dari Tuhan. Semoga Bulan depan Fakultas mau mengadakan Ujian aplikasi Komputer. Dan untungnya Mama mengerti. Beliau berhasil menenangkanku dengan berkata tetap belajar (Ujian aplikasi komputer tu tidaklah mudah <span style="font-style: italic;">guys</span>..ini menurutku dan cukup banyak mahasiswa dikampusku yang berpendapat demikian).<br />
<br />
Tapi aku optimis. Belum ada kata terlamabat. Dan ini pelajaran berharga. Jangan menunda seusatu. Jika kamu bisa selesaikan saat itu juga. Selesaikanlah. Jika tidak kamu pasti akan menyesal :).<br />
</span></span></span></span>Amalia Istighfarahhttp://www.blogger.com/profile/16103516603640564559noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1043021942576228350.post-20312265030425138492009-03-12T05:47:00.000-07:002009-03-12T05:48:26.555-07:00Pentingnya Agen Perubahan Dalam mewujudkan Masyarakat Madani<p style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Bila kita amati dengan seksama, mahasiswa mempunyai kedudukan yang sangat unik yaitu sebagai kaum yang diterima oleh semua lapisan masyarakat. Disamping mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi. Keberadaan tersebut juga didukung oleh karakteristik mahasiswa yang masih berusia muda, penuh semangat, enerjik, dinamis, penuh bakat dan potensi. Mahasiswa tidak takut kehilangan sesuatu yang merusak idealisme dirinya. Karena itulah tak heran bila julukan "intelektual sejati" diberikan kepada mahasiswa.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Sikap mahsiswa yang fleksibel, memungkinkan mereka untuk terjun hampir di semua lapisan masyarakat. Ketika rakyat membutuhkan bantuan mahasiswa, mereka dengan sigap bergerak dan memberikan apa yang diperlukan. Demikian pula ketika berurusan dengan kaum birokrat, mahasiswa mampu mengimbangi dengan kemampuan intelektual mereka. Oleh sebab itu, mahasiswa memegang peran strategis dalam kehidupan berbangsa yaitu sebagai penerus cita -cita pembangunan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Pada masa ini, kita melihat bahwa mahasiswa mempunyai stereotip yang khas. Hal itulah yang membedakan mereka dengan elemen gerakan masyarakat lainnya. Dengan atribut kecendekiaan, mahasiswa secara aktif dan kreatif mencoba menawarkan alternatif-alternatif baru yang non konvensional yang lebih efektif dan efisien.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Peran mahasiswa<span style=""> </span>sebagai “ Agent of Change”<o:p></o:p></b></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="EN">Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status </span><span style="" lang="SQ">mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Dalam proses perubahan sosial dan kebudayaan mahasiswa memiliki posisi dan peranan yang essensial. Mereka merupakan transformator nilai-nilai dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Dan perintis perubahan dalam rangka dinamisasi kehidupan dalam peradaban yang sedang berjalan. <span style="" lang="SQ"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Kalau kita percaya masa kini adalah proses masa lalu yang mendapat pengaruh dari cita-cita masa depan, maka kedudukan dan peranan mahasiswa sebagai transformator nilai dan inovator dari perkembangan yang berorientasi ke masa depan lebih jelas, bahwa mahasiswa harus menjadi semangat yang hidup dalam nilai-nilai ideal, dan membangun subkultur serta berani memperjuangkan. <span style="" lang="SQ"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Sebagai bagian dari intelektual community mahasiswa menduduki posisi yang strategis dalam keterlibatannya melakukan rekayasa sosial menuju independensi masyarakat, dalam aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dalam posisinya sebagai komunitas terdidik, mahasiswa sebagai salah satu kunci penentu dalam transformasi menuju keadilan dan kemakmuran bangsa. Di samping dua kelompok strategis lainnya yaitu kaum agamawan dan masyarakat sipil (Madani) yang mempunyai kesadaran kritis atas situasi sosial yang sedang berlangsung.”. </p> <p style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Posisi mahasiswa secara sederhana bisa kita gambarkan sebagai sosok yang barada di tengah-tengah level. Di masyarakat menjadi bagian masyarakat, di kalangan intelektual mahasiswa juga dianggap berada diantara mereka. Dengan kata lain keberadaan mereka berada di tengah-tengah level apapun mempunyai nilai strategis. Nilai strategis lain mahasiswa menurut Arbi Sanit adalah mahasiswa sebagai komunitas strategis dalam proses perubahan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Masyarakat Madani <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya: <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">1.<span style=""> </span>Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">2.<span style=""> </span>Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">3.<span style=""> </span>Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">4.<span style=""> </span>Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;">7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial denganberbagai ragam perspektif. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. <st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:City> beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni sbb: <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme” yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi manusia. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Langkah Memberdayakan masyarakat madani di Indonesia<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"> 1. Membangun masyarakat dalam membantu pencapaian tujuan-tujuan pemerintah. Peningkatan investasi-investasi sosial dan pendistribusian pelayanan-pelayanan sosial dasar yang lebih luas dan adil. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">2. Membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Strategi ini meliputi desentralisasi pembuatan keputusan dan peningkatan program-program pengembangan masyarakat yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merealisasikan kepentingan-kepentingannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">3. <span style=""> </span>Peningkatan masyarakat dan perlindungan hak azasi manusia, kebebasan berorganisasi dan menyatakan pendapat, penetapan struktur-struktur hukum bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">4. Peningkatan partisipasi masyarakat. Strategi ini ditujukan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat agar dapat memberikan masukan bagi perumusan kebijakan dan praktek-praktek pemerintahan yang menjamin konsultasi dan pengakuan hakiki terhadap fungsi-fungsi organisasi-organisasi lokal.</p> <p style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;">Langkah pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh hikmah bahwa di era tradisi ini harus dipikirkan prioritas – prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target – target grup yang paling strategis serta penciptaan pendekatan – pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu, maka keterlibatan mahasiswa dan ormas adalah mutlak adanya karena merekalah yang memiliki kemampuan dan sekaligus aktor pemberdayaan tersebut.</span></p>Amalia Istighfarahhttp://www.blogger.com/profile/16103516603640564559noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1043021942576228350.post-4473652742772858432009-03-12T05:28:00.000-07:002009-03-12T05:46:59.022-07:00<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 200%;" align="center"><b style="">Pengaktualisasian peran pemuda<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Tak terasa 80 tahun sudah kiprah para pemuda dalam membangun bangsa. Selama itu banyak perubahan fundamental yang dilakukan pemuda dalam menegakkan keadlian bagi seluruh rakyat <st1:country-region><st1:place>indonesia</st1:place></st1:country-region>. Budi Oetomo sebagai cikal – bakal pergerakan pemuda, telah menyatukan seluruh pemuda di seantero Nusantara di bawah satu visi yakni mengusir penjajah. Dengan kekuatan persatuan para pemuda memaksa para penjajah untuk angkat kaki dari bumi pertiwi ini. Perjuangan pemuda belum berakhir. Tahun 1945 pemuda kembali melaksanakan sebuah misi penting yakni mewujudkan <st1:place><st1:country-region>Indonesia</st1:country-region></st1:place> merdeka. Dan kali ini misi tersebut berhasil juga. Dimana – mana terdengar teriakan bahagia MERDEKA. Namun tidak semua pihak senang dengan kemerdekaan ini. Tahun 1966 PKI bercokol di <st1:place><st1:country-region>Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Pemuda lagi – lagi dituntut eksistensinya. Dengan strategi matang dan bersatunya para Pemuda, PKI pun tumbang. Tetapi belenggu ternyata masih menyelimuti bangsa ini. Sebab kebebasan berpendapat dirampas oleh pemerintahan <i style="">orde baru</i>. Terang saja para pemuda muak. Pada tahun 1998. <st1:place>Para</st1:place> pemuda berduyun – duyun turun ke jalan memerintahkan Soeharto untuk turun dari tahta kepresidenan yang telah dipegangnya selama 32 tahun.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Hal tadi merupakan kilas balik tentang bagaimana perjuangan pemuda yang begitu gigih dalam menuntut keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat <st1:place><st1:country-region>Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Namun agaknya perjuangan itu seperti tidak ada artinya sekarang. Di era globalisasi ini para pemuda justru terlena dengan berbagai kenikmatan semu. <st1:place><st1:city>Gaya</st1:City></st1:place> hidup Hedonis yang hanya mengutamakan kesenangan tanpa peduli keadaan sekitar. Merupakan “penyakit” yang sedang marak menjalar di tengah pemuda. Banyak pemuda yang terlibat dengan narkotika dan seks bebas. Kurang adanya filterisasi terhadap budaya Barat yang berkembang merupkan penyebab utama mundurnya semangat kepedulian pemuda terhadap bangsa. Seandainya para pemuda di masa lampau yang telah berkorban pikiran dan darah menyaksikan keadaan para generasi penerusnya di masa sekarang, Mereka semua tentu akan sangat kecewa dan menangis.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Untuk itulah melihat keadaan bangsa kita yang saat ini sangat menyedihkan. Kelaparan dimana – mana. Pengangguran terus bertambah. Kemiskinan kian merajalela. Kita sebagai pemuda harus bangkit dan dan bersatu padu. Bersama – sama dibawah satu komando kembali menggebrak kebobrokan bangsa ini. Tanpa adanya persatuan sangat sulit untuk mengantarkan bangsa kita ini menuju pintu kemakmuran. Ide briliant setiap pemuda dalam membangun bangsa ini, tak akan ada artinya jika tidak disatukan dan tersalurkan dalam tujuan yang sama.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Akan sangat disayangkan jika para pemuda yang enerjik dan belum terdoktrin oleh pihak manapun tercerai berai dan tidak terarah dalam pergerakkannya. Adapun rintangan yang masih menghalangi pemuda bersatunya adalah kepentingan – kepentingan setiap individu yang mencari keuntungan sendiri. Hal semacam inilah yang harus dihilangkan. Dalam sebuah pergerakan dan perjuangan yang paling penting adalah keikhlasan dalam bertindak dan tidak mengharapkan apapun, kecuali menginginkan tercapainya tujuan bersama. Selain itu perlunya ketahanan setiap pemuda terhadap arus Westernisasi yang begitu kuat. Disinilah setiap pemuda dituntut untuk memiliki bekal kerohanian yang cukup. Agar nantinya tidak terjerumus dalam kemaksiatan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Memang tidak mudah tapi lambat laun pasti bisa. Dan hal yang yang tak kalah penting juga jangan sampai bersebrangan dengan pemuda yang kontra terhadap kita. <st1:place>Para</st1:place> pemuda semacam ini harus dibujuk secara perlahan, bukan dengan adu argumen yang tidak ada habisnya apalagi kekerasan. Asalkan dilandasi dengan niat yang kuat dan usaha yang keras. Semuanya akan jadi kenyataan. Dibutuhkan waktu yang lama memang. Sebab tidak ada di dunia ini yang bisa terwujudkan dengan instan tanpa melalui proses.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style="color: black;">Secara kuantitatif, jumlah pemuda </span><st1:country-region><span style="color: black;">Indonesia</span></st1:country-region><span style="color: black;"> hampir mencapai 40 persen dari total 200-an juta penduduk </span><st1:place><st1:country-region><span style="color: black;">Indonesia</span></st1:country-region></st1:place><span style="color: black;"> atau sekitar 80 juta jiwa. Jumlah yang sangat fantastis. Bisa dibayangkan jika jumlah ini bersatu padu dan bergerak bersama – sama. Maka tidak ada yang tidak mungkin</span>.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span><st1:place>Para</st1:place> pemuda terutama mereka kalangan mahasiswa adalah element yang paling penting. Sebab mahasiswa merupakan akedmika yang paling tinggi tingkatannya. Tidak semua pemuda mampu melanjutkan hingga jenjang pendidikan ini, dikerenakan mahalnya biaya. Umumnya mahasiswa memiliki pemikiran yang lebih kritis dibanding pelajar SMA dan SMP. Mengingat ilmu dan wawasan yang diperoleh mahasiswa lebih luas. Akan tetapi jenjang pendidikan bukan masalah dalam ini. Mahasiswa hanya bersifat menunjukkan arah dan memiliki tanggung jawab yang lebih banyak dibanding pemuda pada tingkatan dibawahnya. <st1:place><st1:city>Ada</st1:City></st1:place> 4 peran penting pemuda yakni :</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style=""> </span><span style=""> </span>Peran moral</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span>Peran ini mengharuskan mahasiswa untuk senantiasa memberikan keteladanan dengan menunjukkan moral yang baik. Sebagai kaum terpelajar sudah sepantasnya mahasiswa memiliki etika yang baik dan berpegang pada nilai – nilai luhur. Untuk realisasi peran moral memang cukup sulit. Seperti dikemukakan sebelumya bahwa tantangan globalisasi adalah pemicu tidak mudahnya peran ini bisa berjalan dengan optimal. Kebanyakan mahasiswa sekarang lebih senang hidup hura – hura. Cendrung bersikap individualis, hanya memikirkan keuntungan bagi diri sendiri. Selain itu kurangnya semangat nasionalisme merupakan kendala yang juga berpengaruh terhadap menurunnya moralitas mahasiswa. Salah satu contoh kecil saja, masih ada mahasiswa yang tidak hapal lagu kebangsaan Indonesia Raya. Memang sangat ironi. Namun itulah potret kecil mahasiwa dewasa ini. Pendidikan kewarganegaraan yang ditujukan untuk membentuk karakter berbudi luhur dan menumbuhkan patriotisme sering kali diremehkan. Dibutuhkan kesadaran dari dalam diri dan kemauan kuat untuk merubah moralitas. Sebab rintangan tak akan mungkin ada habisnya. Pribadi kita lah yang harus menciptakan pertahanan untuk menghadapinya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Peran Sosial</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Mahasiswa harus memiliki solidaritas sosial yang tinggi. Peka terhadap penderitaan masyarakat dan persoalan bangsa. Ini penting agar jika nantinya masyarakat membutuhkan bantuan Mahasiswa. Dengan sigap mahasiswa bisa memberikan pertolongan tepat pada waktunya. Masyarakat sangat bergantung terhadap keberadaan mahasiswa. Oleh karena itu sudah seharusnya kepercayaan masyarakat tersebut jangan<span style=""> </span>disia – siakan tetapi dipertangggungjawabkan. Jika pemerintah kurang tanggap dalam menghadapi persolan sosial. Mahasiswalah yang bergerak. Bukan malah sibuk menyalahkan pemerintah tanpa berbuat apa – apa. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Peran Akedemik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span>Peran ini sangat signifikan bagi setiap mahasiswa. Jangan sampai mahasiswa sibuk dengan berbagai kepentingan memperjuangkan masyarakat dan menelantarkan tugasnya sebagai seorang akademika. Keseimbangan antara ilmu dan aksi perlu dijaga. Tanpa ilmu yang memadai pergerakan yang dilakukan hanya akan seperi omong kosong belaka. Bangsa ini membutuhkan intelektual – intelektual muda yang berwawasan luas dan mampu menguasai ilmu pengetahuan. Negara kita telah tertinggal jauh dalam berbagai hal. Entah itu dari segi pendidikan, ekonomi, sosial dan politik serata masih banyak lagi. Sebagai bentuk keprihatinan, mahasiswa harus menyikapi ketertinggalan ini dengan melakukan inovasi secara merata di segala bidang. Jika setiap mahasiswa mampu menyelesaikan study dan berprestasi, menciptakan peluang – peluang keberhasilan. Maka secara tidak langsung akan semakin memudahkan langkah kita menuju <st1:place><st1:country-region>indonesia</st1:country-region></st1:place> yang makmur. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Peran Politik</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span>“Kaum muda secara tersirat mengatakan “Saatnya Kaum Muda Memimpin” dengan menunjukkan potensi politiknya, antara lain populasi yang besar, sikap murni, jujur, dan berani, kemampuan fisik dan sebagai generasi penerus terdidik yang bisa diandalkan. Mereka secara spontan mengisi kekosongan gerakan kemerdekaan yang tidak dilakukan oleh pejuang tua, yakni perjuangan massal dan bersenjata.” (kutipan naskah pidato Sultan HB X di Yogyakarta, 6 Desember 2007) </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; line-height: 200%;">Dengan segenap harapan-harapan idealnya, pemuda tidak sabar melihat kondisi kebangsaan kita yang belum bisa bangkit dari krisis. Pemerintah yang dinilai lamban dalam menyelesaikan berbagia masalah negara. Belum lagi korupsi yang merajalela. Maka tak heran jika tingkat kepercayan pemuda termasuk masyarakat pada umumnya mulai menurun pada pemimpin sekarang ini. Meski bukan krisis kepemimpinan, tetapi jika dibiarkan bisa menjadi “penyakit kronis” yang akan menurunkan partisipasi publik. <span style="font-family: TimesNewRoman;"><o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 36pt; text-align: justify; line-height: 200%;">Kondisi itulah yang menyebabkan lahirnya kegelisan pemuda dalam bentuk geliat politik dalam berbagai ranah kehidupan khususnya pada basis kekuasaan. Pemuda melihat adanya kegagalan yang nyata oleh kepemimpinan kaum tua yang mendominasi kekuasaan politik dari era orde baru sampai reformasi sekarang ini. Pemuda ingin membuktikan diri, bahwa lebih mampu melakukan perubahan. Meskipun masih sebatas semangat dan angan, karena kenyataannya belum ada bukti kongkrit untuk itu.</p> <p style="margin-left: 36pt; text-align: justify; line-height: 200%;">Agar pemuda tidak hanya dikatakan bermodalkan semangat dan menawarkan mimpi indah, perlu ada konsep yang lebih matang dan strategi yang lebih jitu dalam memngelola negara <st1:place><st1:country-region>Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Karena memimpin negeri ini bukan tanpa hambatan. Terlebih lagi sikap pemuda yang terkadang masih mudah tergoda terhadap kesenangan sesaat yang ditawarkan dunia politik.. </p> <p style="margin-left: 36pt; text-align: justify; line-height: 200%;">Pemuda harus membuktikan kemampuannya. Memiliki tawaran konsep yang bisa direalisasikan untuk bangkit dari krisis menjadi fundamental. Kalau bukan sekarang kapan lagi. Sosialisasi dan konsolidasi kepemimpinan kaum muda sudah harus digelorakan di tengah masyarakat. Sebagai alternatif atas lambannya agenda perubahan.</p> <p style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><span style="font-family: TimesNewRoman;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><o:p></o:p></p>Amalia Istighfarahhttp://www.blogger.com/profile/16103516603640564559noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1043021942576228350.post-9749976777106550552008-12-11T05:52:00.000-08:002008-12-11T06:15:48.298-08:00Nasib Pendidikan di Ujung Tanduk<meta equiv="CONTENT-TYPE" content="text/html; charset=utf-8"><title>Nasib Pendidikan di ujung Tanduk</title><meta name="GENERATOR" content="OpenOffice.org 2.2 (Win32)"><meta name="AUTHOR" content="User"><meta name="CREATED" content="20081119;6070000"><meta name="CHANGEDBY" content="User"><meta name="CHANGED" content="20081121;6350000"><style type="text/css"> <!-- @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } A:link { color: #0000ff } --> </style> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> “<span lang="id-ID">Di ujung tanduk”</span><span lang="id-ID"> kira – kira istilah seperti itulah yang menggambarkan dunia pendidikan di tanah air dewasa ini.</span><span style="font-size:130%;"><span lang="id-ID"><b> </b></span></span><span lang="id-ID">Dunia pendidikan masih menjadi sasaran kritik yang paling disoroti. Berbagai langkah yang dilakukan pemerintah dalam membenahi pendidikan nasional belum maksimal. Ini ditengarai oleh kebijakan pemerintah yang kurang dipikirkan secara matang dan instant. Sehingga bukan hal yang mengherankan jika pendidikan nasional belum mengalami kemajuan. </span> </p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify" lang="id-ID"> Itu terlihat pada tahun 2005, HDI Indonesia menduduki peringkat 110 dari 177 negara di dunia. Bahkan peringkat tersebut semakin menurun dari tahun-tahun sebelumnya. HDI Indonesia tahun 1997 adalah 99, lalu tahun 2002 menjadi 102, kemudian tahun 2004 merosot kembali menjadi 111 (Human Development Report 2005, UNDP). Jauh tertingggal dari Malaysia, Thailand dan Singapore.</p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="id-ID">Ini menandakan bahwa berbagai masalah krusial menyangkut pendidikan belum juga bisa terselesaikan. Masalah tersebut antara lain : </span> </p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify" lang="id-ID">
<br /></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b>Dikotomi</b></span><span lang="id-ID"><b> fasilitas dan mutu pendidikan</b></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b> </b></span><span lang="id-ID">Terjadi dikotomi yang sangat mencolok antara lembaga pendidikan di perkotaan dan di daerah pinggiran. Keberhasilan di bidang pedidikan akan sangat sulit tercapai bila pemeratan fasilitas belum menyeluruh. Pemerintah cendrung memberikan perhatian khusus kepada sekolah diperkotaan saja. Itu dapat dibuktikan dengan gedung – gedung sekolah yang kokoh dan bagus. Jauh berbeda dengan sekolah yang berada dipinggiran yang sebagian besar hampir roboh gedungnya dan tidak layak lagi digunakan.</span></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"> Padahal proses belajar mengajar sangat bergantung pada layak tidaknya fasilitas yang tersedia. Bila dikotomi seperti ini belum bisa terselesaikan tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kesenjangan sosial yang bisa memicu kekisruhan.</span></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify" lang="id-ID">
<br /></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b>Lembaga pendidikan sebagai l</b></span><span lang="id-ID"><b>ahan komersialisasi</b></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b> </b></span><span lang="id-ID">Berbagai perkembangan telah mengakibatkan terkikisnya hakikat pendidikan. Pendidikan yang semula berfungsi sebagai kerangka sosial agar manusia hidup bermartabat. Kini dimengerti sebagai sistem sosial yang berevolusi secara perlahan tapi pasti menanggalkan misi profetik penguatan kesadaran kebangsaan. Persoalan besar ini tertanam ke dalam strategi liberalisasi pendidikan nasional yang selanjutnya mengondisikan pendidikan semata sebagai komoditas (</span><span lang="id-ID"><i>Kompas, </i></span><span lang="id-ID">28 Agustus 2007, hlm.1). </span> </p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="id-ID">Dalam </span><span lang="id-ID">Peraturan Presiden Nomor 77/2007 yang mengizinkan masuknya modal asing di dunia pendidikan dengan batasan kepemilikan saham hingga 49%. Merupakan pertanda bahwa perspektif ekonomi begitu kuat merasuki pengelolaan dunia pendidikan. Hal ini jelas semakin memuluskan terjadinya imprealisme pendidikan secara tidak langsung. Ditambah lagi rencana pemerintah memprivatisasi pendidikan. Tekanan utang yang semakin memberatkan, memaksa pemerintah untuk memangkas dana APBN dari sektor yang menyerap pendanaan paling besar. Pendidikan lah yang akhirnya dikorbankan</span></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="id-ID">Rencana Pemerintah memprivatisasi pend</span><span lang="id-ID">idikan tersebut dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk mencari modal sendiri.</span></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="id-ID">Legitimasi komersialisasi pendidikan akan berdampak pada semakin sulitnya masyarakat menengah kebawah mengakses pendidikan. Hal tersebut dikarenakan. sekolah- sekolah akan menetapkan biaya setinggi mungkin. Dengan alasan memperbaiki mutu pendidikan. Inilah bentuk pendidikan kolonialisme yang masih melekat dalam pendidikan nasional sekarang.</span></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify" lang="id-ID">
<br /></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b>Terbelakangnya mutu tenaga penga</b></span><span lang="id-ID"><b>jar dan metode belajar</b></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b> </b></span><span lang="id-ID">Guru merupakan ujung tombak dari proses pembelajaran di sekolah. Harus diakui bahwa guru memiliki peranan signifikan dalam membangun karakter anak didiknya. Sehingga dituntut harus memiliki kualitas yang baik. Akan tetapi pada kenyataanya Kualitas guru sangat jauh dari yang diharapkan. Di samping itu masih ada guru yang kurang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Berkaca pada Proses Belajar Mengajar (PBM) saat ini, guru agaknya kurang termotivasi dalam mengajar. Hal tersebut didukung oleh beberapa kebiasaan guru yang kurang tepat dalam mengajar antara lain : Masih ada yang guru masih malas untuk masuk ke kelas. Seandainya masuk pun, adakalanya selesai lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Atau terkadang tidak mengajar karena terdesak kerja sambilan. </span> </p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"> Selain itu karena kurang</span> menguasai materi dan malas menjelaskan materi. Guru biasanya memberikan tugas merangkum materi pelajaran. Melalui metode seperti ini siswa dianggap lebih cepat memahami materi tanpa perlu dijelaskan lagi. Sehingga ketika diadakan evaluasi, siswa mampu menjawab dengan benar. Padahal pada kenyataanya tidak semua siswa dapat menguasai materi pelajaran cukup hanya dengan merangkum. Sebab siswa memiliki kemampuan mencerna materi berbeda - beda. </p> <p style="background: rgb(255, 255, 255) none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 0in; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; line-height: 150%;" align="justify"> Kebiasaan lainnya, yakni memanfaatkan otoritas sebagai guru dengan bersikap keras kepada siswa. Atau bahkan terkadang bisa lebih parah lagi dengan menggunakan kekerasan fisik (bullying). Tujuannya agar siswa menjadi takut untuk berulah lagi dan menurut. Namun hal tersebut justru menyebabkan siswa semakin membangkang.</p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"> Dengan </span><span lang="id-ID">demikian wajar saja bila para generasi penerus sekarang cendrung memburuk kualitas SDM – nya dan kurang memiliki budi pekerti yang baik. Mereka tidak dibiarkan berkembang sesuai dengan minat mereka. Metode pengajaran yang ada kurang memberi ruang gerak bagi siswa untuk berkreasi. Siswa cendrung dituntut harus mampu memperoleh nilai akademik yang bagus. Padahal nilai akademik yang bagus bukan jaminan siswa itu berhasil. Karena hanya berorientasi pada nilai semata siswa terkadang menjadi tidak jujur. Melakukan segala cara seperti mencontek untuk mendapatkan hasil yang baik. Metode pengajaran seperti ini jika dibiarkan terus menerus bisa merusak potensi para generasi muda. </span> </p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify" lang="id-ID">
<br /></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="id-ID"><b>UN seb</b></span><span lang="id-ID"><b>agai tolak ukur kelulusan</b></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> Jika ditelaah lebih lanjut, Ujian Nasional telah merampas hak pedagogis para guru dalam menentukan kelulusan. Mereka yang mengetahui seluk-beluk mengenai murid, tapi kemudian justru pemerintah yang memutuskan siapa yang berhak atau tidak berhak lulus. Intervensi tersebut jelas menggambarkan rendahnya kadar kepercayaan pemerintah terhadap guru.</p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> Selain itu melalui kebijakan ujian nasional, daerah dan sekolah dipaksa membenarkan asumsi pemerintah. Padahal kondisinya tidak memungkinkan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pelayanan pendidikan di daerah umumnya masih buruk. Karena itu, dipilih cara instan dengan melakukan berbagai praktik kecurangan. Apalagi hasil ujian nasional juga mempertaruhkan citra daerah dan sekolah.<span style="font-size:85%;"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:85%;"> </span></span></span>Dengan demikian, ujian nasional sudah tidak lagi berhubungan dengan kepentingan pendidikan, tapi telah menjadi alat untuk mencapai kepentingan politik. Satu sisi bisa memuaskan kebutuhan pemerintah pusat, pada sisi lain mempermanis wajah birokrasi daerah supaya dianggap berhasil memajukan pendidikan.</p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> Untuk melaksanakan Ujian Nasional itu sendiri dibutuhkan banyak biaya hingga bermilyar – milyar. Dana yang cukup besar bila digunakan memperbaiki faslitas –fasilitas seperti gedung sekolah yang rusak. Ini menandakan pemerintah agaknya lemah dalam mengatur prioritas program yang harusnya dilakukan. Pelaksanaan UAN jelas belum tepat jika fasilitas pendidikan di Indonesia sendiri sebagian besar belum memadai. </p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> Adapun alternatif langkah penyelesaian terhadap berbagai masalah pendidikan tersebut antara lain :</p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><b>Merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 %</b></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="id-ID">Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi, </span><span lang="id-ID"><i>“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”</i></span><span lang="id-ID">, maka tidak akan membuka adanya kemungkinan penafsiran lain selain bahwa negara wajib memprioritaskan anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD dengan prioritas dimaksud haruslah sekurang-kurangnya 20% (duapuluh persen) dari APBN serta dari APBD. </span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> Dengan demikian jelas bahwa anggaran pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam APBN. Bukan justru dikorbankan untuk menutupi utang negara atau membiayai sektor lain. Pemerintah harusnya lebih meninjau dan memperketat anggaran pejabat yang biasanya diperuntukan untuk kenyamanan pribadi semata. Padahal fasilitas yang telah dimiliki para pejabat saat ini jauh mencukupi. </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> . Jika nantinya anggaran 20 % bisa terimplementasi dengan baik tanpa ada unsur korupsi didalamnya, maka akan memperkecil kemungkinan lembaga pendidikan dijadikan lahan komersialisasi. Selain itu pemerataan fasilitas pendidikan hingga ke pelosok tanah air perlahan bisa tercapai. Tenaga pengajar dan guru mendapatkan tunjangan yang cukup sehingga bisa lebih termotivasi lagi dalam mengajar. Dan tentunya memberikan kesempatan bagi masyarakat menengah ke bawah untuk mengakases pendidikan.</p> <ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"><b>Mengaktualisasi sistem pendidikan</b></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Dengan bercermin pada Finlandia, sebuah negara kecil di kawasan Skandinavia yang memiliki kualitas pendidikan tingkat satu di dunia. Negara ini hanya menerapkan waktu belajar 30 jam per minggunya, dan hampir tidak pernah memberikan tambahan les di luar jam pelajaran, serta memberikan Pekerjaan Rumah (PR) berlebihan atau menerapkan disiplin ala militer. </span></span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"><i>Fergus bordewich</i></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"> dalam </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"><b>Top of the Class</b></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"> menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat pendidikan di Finlandia bisa menduduki peringkat satu di dunia: </span></span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Dari segi anggaran pendidikan, pemerintah Finlandia menyediakan dana pendidikan yang sangat tinggi bagi warganya.</span></span><em><span style="font-family:Verdana,sans-serif;"> </span></em><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Sistem politik yang berjalan di Finlandia sangat bagus, sehingga mampu mengelola anggarannya dengan baik. Selain itu Negara ini bersih dari praktek korupsi. Selain itu Negara ini bersih dari praktek korupsi. </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;"><i> </i></span></span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Dari segi kualitas guru, di Finlandia hampir seluruhnya terdiri guru dengan kualitas terbaik dan terlatih. Meski gaji mereka tidak besar namun profesi guru merupakan sebuah prestisius di sana. Puncak kebanggan mereka adalah apabila berhasil mendidik anak didik. Bukan karena berhasil memanipulasi nilai siswa atau baru mendapatkan persenan dari hasil pembagian laba menjual buku kepada para siswa. Seorang guru di Helsinski akan mengatakan, ” Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.” </span></span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Ini berarti seorang guru di Finlandia adalah seorang pendidik yang benar-benar bertanggung jawab. Minimal ia bertanggung jawab pada kelanjutan masa depan anak didiknya. Nilai siswa sama sekali tidak dianggap penting olehnya.</span></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Guru di sana bebas menggunakan metode kelas apapun, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. </span></span>
<br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Ujian bukan sesuatu yang utama di sana. Ujian hanya ditujukan untuk mengetahui kualifikasi siswa di universitas</span></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Para guru juga disarankan untuk menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa, tetapi diperbolehkan meminta para siswa untuk membandingkan hasil belajar mereka dengan nilai sebelumnya. Dengan demikian diharapkan para siswa akan menyadari sendiri kekurangannya dan tergerak untuk memperbaiki dirinya. </span></span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Dari segi kualitas siswa, sejak dini siswa – siswa di Finlandia telah diajarkan untuk bertanggung jawab mengevaluasi dirinya sendiri. Mereka didorong untuk bekerja secara individu tak peduli seperti apapun hasilnya. ”Ini membantu siswa belajar bertanggung jawab atas pekerjaan mereka sendiri.” kata Sundstrom, seorang Kepala Sekolah di sebuah Sekolah Dasar di Poikkilaakso, Finlandia. </span></span> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Prestasi siswa-siswa di Finlandia terletak pada proses bukan dari hasil akhir. Yang terpenting murid telah menunjukkan hasil usahanya. Hal itu sudah sangat cukup Karena setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam memahami dan mengerjakan sesuatu. Contohnya jika ada Pekerjaan Rumah (PR) misalnya, mereka tidak harus mengerjakannya secara sempurna.</span></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Tekanan dari pihak sekolah kepada para siswa baru akan diberikan jika hal itu berkaitan dengan masalah-masalah keaktifan masuk sekolah, kedisiplinan waktu, persiapan buku-buku pelajaran, dan kejujuran.</span></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="font-size:85%;"><span style="font-size:100%;">Indonesia memang tidak harus mengadopsi sistem pendidikan tersebut seluruhnya. Namun akan lebih baik jika bisa setara dengan itu. Memang dibutuhkan waktu dan proses yang lama untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional sekarang ini. Bukan saatnya lagi pemerintah mengulur – mengulur waktu dengan memperdebatkan APBN. Mutlak kewajiban pemerintahlah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.</span></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="en">Peran serta pemerintah merupakan bagian dari pelayanan terhadap masyarakat dalam hal mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian dari perubahan tersebut akan melahirkan peserta didik yang berkualitas sehingga mampu memegang peranannya sebagai generasi penerus bangsa yang akan membawa pada kemajuan. Serta memiliki budi pekerti luhur.</span> Melalui pendidikanlah kita bisa memperbaiki kualitas bangsa. Kemajuan suatu negara bisa dicapai apabila memiliki kualitas pendidikan yang bagus. Untuk itulah, kita sependapat kualitas pendidikan harus dipacu dengan konsisten dan bagian integral dalam pelaksanaan pembangunan nasional.</p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;"> </p> <p style="margin-left: 2in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;"> ****</p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">
<br /></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> </p> <p style="margin-left: 1.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <b>Sumber : </b><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><a href="http://budakfisika.blogspot.com/"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: none;"><b>http://budakfisika.blogspot.com</b></span></span></a></span></p> <p style="margin-left: 2.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="color: rgb(0, 0, 255);"><a href="http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticel=8421"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: none;"><b>http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticel=8421</b></span></span></a></span></p> <p style="margin-left: 2.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <span style="color: rgb(0, 0, 255);"><a href="http://www.kabarindonesia.com/"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="text-decoration: none;"><b>www.kabarindonesia.com</b></span></span></a></span></p> <p style="margin-left: 2in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify"> <b>genetto.getforum.org</b></p> <p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%;" align="justify">
<br /></p> Amalia Istighfarahhttp://www.blogger.com/profile/16103516603640564559noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1043021942576228350.post-28124972946337961212008-12-10T04:59:00.000-08:002008-12-10T05:47:14.833-08:00Jogjakarta ku..<span style="font-family: arial;">kota dimana aku akhirnya bertemu dengan orang - orang baru. Dengan beragam karakter. Memiliki berbagai ideologi. Sungguh,,di sini aku mendapatkan banyak pengalaman. Banyak ilmu dan pengtehuan baru. Semua fasilitas di sini tersedia. Agaknya julukan sebagai kota Pendidikan memang pantas untuk jogja. Tidak cuma itu saja. Kebudayaan di Jogja ini masih sangat kental. Aku merasa sangat beruntung bisa melanjutkan sekolah di sini. Asalkan ada niat yang kuat dan kerja keras. Jogja bisa membantu mewujudkan keinginan kita.<br /><br />Setelah sekian lama kurang lebih 11 tahun aku terkurung dalam kota keci. Kini saatnya aku mengembangkan potensi diriku. Kini saatnya ku menggali semua yang ada dalam diriku. Kesempatan tidak datang dua kali. Takkan ku sia - siakan perjuangan ayah yang telah membanting tulang untuk biaya kuliah ku di sini. Semua mengharapkan yang terbaik.<br /><br />Jogjaku yang berhati nyaman..<br />keramahan yang khas. Yang kurasa akan sangat jarang ditemui di daerah - daerah lain. Aku cinta jogja ku. <br /></span>Amalia Istighfarahhttp://www.blogger.com/profile/16103516603640564559noreply@blogger.com2